05 April 2009

KALAH & MENGALAH

Apa jadinya si kakak kalau adik selalu dimenangkan? Dalam kehidupan sehari-hari, pertengkaran antara kakak dan adik pasti bukan kejadian langka. Bukan sebatas adu mulut, tapi bisa juga adu fisik; saling jotos atau jambak dan tendang. Lucunya, yang keluar sebagai pemenang belum tentu si kakak. Ia malah menangis kesal tapi tak berdaya. Maklumlah, dengan alasan kebaikan semua pihak, sejak awal orangtua selalu menanamkan bahwa kakak wajib mengalah terhadap adik. Belum lagi, orangtua selalu menjadikan kakak sebagai pihak yang patut disalahkan dalam setiap kejadian.

Tanpa disadari memang banyak orangtua yang menganggap kakak harus begini atau begitu; antara lain harus dapat membimbing adik, lebih banyak tahu, lebih kuat dibanding adik dan sebagainya. Adil enggak sih? Padahal setiap anak harusnya memiliki hak dan kewajiban yang sama. Jika kerap diperlakukan tidak adil selalu disalahkan atau dituntut mengalah perasaannya akan terluka. Mungkin juga, ia akan memandang sang adik sebagai duri baginya karena si adik pun akan memandang remeh kakaknya. Hal ini pastinya tak baik bagi perkembangan keduanya. Si kakak mungkin tumbuh menjadi submisif dimana harga dirinya tak berkembang optimal, sedangkan si adik menjadi individu agresif.

TUMBUHKAN EMPATI

Bila selama ini orangtua telanjur mewajibkan kakak mengalah dan selalu salah terhadap adik, ubahlah sikap itu segera. Konkretnya, begitu terjadi pertengkaran di antara mereka, jangan langsung menuduh kakak sebagai biang keladinya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menanyakan pada mereka siapa yang memulai pertengkaran tersebut. Kalaupun mereka saling tunjuk tak mau mengaku, jangan dulu kehilangan kesabaran. Biasanya memang akan terjadi perdebatan cukup panjang karena masing-masing merasa dirinya paling benar.

Tak jarang penyebabnya hanyalah soal sepele, semisal adu pendapat yang akhirnya berkembang jadi pertengkaran. Tekankan bahwa mereka berdua adalah dua bersaudara yang semestinya harus saling menyayangi, melindungi dan saling membantu. Jangan lupa untuk menjelaskan tentang bahaya adu jotos atau sejenisnya bila sampai terjadi demikian. Untuk memudahkan pemahaman, tunjukkan ukuran tangan/kepalan masing-masing. Tegaskan kalau kepalan tangan yang lebih besar pasti akan lebih kuat dan lebih sakit bila digunakan untuk menjotos. Manfaatkan pengalaman sebelumnya (bila pernah ada kejadian serupa) untuk mengingatkan betapa sakitnya pukulan tangan yang lebih besar. Karenanya, mintalah mereka untuk saling berusaha menahan diri tidak memukul.

Cara lain, mintalah si adik yang sedang menunjukkan superioritasnya untuk mengontrol keinginan main pukul. Tumbuhkan empatinya dengan mengedepankan kesedihan si kakak kalau dipukul, diganggu, atau direbut sesuatunya. "Coba perhatiin deh mukanya. Kakak kelihatan sedih, kan? Padahal adik dan kakak diciptakan untuk saling menyayangi dan bukan untuk saling menyakiti. Kalau kakak sakit atau sedih, nanti enggak ada lagi yang bisa diajak main bareng." Untuk mengembalikan ego kakak, sempatkan waktu bicara dari hati ke hati dengannya. Menjelang tidur, misalnya, jangan segan untuk meminta maaf lebih dulu karena Anda telah berbuat salah. Tanyakan apakah ia merasa kesal atau sedih gara-gara pertengkaran dengan adik tadi. Biarkan ia mengekspresikan perasaannya dan pandai-pandailah memosisikan diri sebagai pihak yang mendengarkan. Adanya kesempatan untuk mengungkapan isi hati ini amat membantu anak usia sekolah mengembalikan egonya yang sempat terluka.

MANFAAT BERTENGKAR

Namun, jangan melulu menganggap pertengkaran kakak-adik itu selalu buruk. Soalnya, ada beberapa manfaat yang bisa didapat melalui pertengkaran. Pertama, sebagai salah satu sarana berkomunikasi, tepatnya saling adu pendapat tentang suatu hal. Hanya saja perlu disiasati agar perdebatan tersebut tidak berkembang menjadi pertengkaran yang kemudian membuahkan dendam. Kedua, menjadi ajang untuk mengajarkan bagaimana bersaing secara sehat. Ini perlu sebagai bekal kelak dalam menjalani kehidupan di luar keluarga yang pasti bakal menemui banyak persaingan. Manfaat lain, mengajari anak bagaimana cara menyelesaikan ketidaksepahaman. Tekankan sekaligus beri contoh bahwa perbedaan pendapat tak selalu berakhir dengan konflik.

AGAR KAKAK-ADIK DAMAI

Membaca atau membacakan cerita bisa dijadikan sebagai ajang untuk menumbuhkan rasa saling menyayangi antara kakak dan adik. Pilihlah bacaan/buku yang bertema persaudaraan. Atau orangtua bisa mengarang sendiri ceritanya tentang kelahiran anak-anaknya. Tekankan dalam cerita tersebut bahwa keberadaan anak-anak merupakan anugerah terbesar. Kemukakan pula betapa sedihnya kalau anak hanya sendirian. Tanpa kakak atau adik, anak mungkin kesepian tak punya teman sejati di kala susah dan senang. Makanya, kehadiran kakak maupun adik sudah sepantasnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga.

Narasumber : Dra. Ratih Andjayani Ibrahim Psi, MM

Sumber : tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top

05 April 2009

KALAH & MENGALAH

Apa jadinya si kakak kalau adik selalu dimenangkan? Dalam kehidupan sehari-hari, pertengkaran antara kakak dan adik pasti bukan kejadian langka. Bukan sebatas adu mulut, tapi bisa juga adu fisik; saling jotos atau jambak dan tendang. Lucunya, yang keluar sebagai pemenang belum tentu si kakak. Ia malah menangis kesal tapi tak berdaya. Maklumlah, dengan alasan kebaikan semua pihak, sejak awal orangtua selalu menanamkan bahwa kakak wajib mengalah terhadap adik. Belum lagi, orangtua selalu menjadikan kakak sebagai pihak yang patut disalahkan dalam setiap kejadian.

Tanpa disadari memang banyak orangtua yang menganggap kakak harus begini atau begitu; antara lain harus dapat membimbing adik, lebih banyak tahu, lebih kuat dibanding adik dan sebagainya. Adil enggak sih? Padahal setiap anak harusnya memiliki hak dan kewajiban yang sama. Jika kerap diperlakukan tidak adil selalu disalahkan atau dituntut mengalah perasaannya akan terluka. Mungkin juga, ia akan memandang sang adik sebagai duri baginya karena si adik pun akan memandang remeh kakaknya. Hal ini pastinya tak baik bagi perkembangan keduanya. Si kakak mungkin tumbuh menjadi submisif dimana harga dirinya tak berkembang optimal, sedangkan si adik menjadi individu agresif.

TUMBUHKAN EMPATI

Bila selama ini orangtua telanjur mewajibkan kakak mengalah dan selalu salah terhadap adik, ubahlah sikap itu segera. Konkretnya, begitu terjadi pertengkaran di antara mereka, jangan langsung menuduh kakak sebagai biang keladinya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menanyakan pada mereka siapa yang memulai pertengkaran tersebut. Kalaupun mereka saling tunjuk tak mau mengaku, jangan dulu kehilangan kesabaran. Biasanya memang akan terjadi perdebatan cukup panjang karena masing-masing merasa dirinya paling benar.

Tak jarang penyebabnya hanyalah soal sepele, semisal adu pendapat yang akhirnya berkembang jadi pertengkaran. Tekankan bahwa mereka berdua adalah dua bersaudara yang semestinya harus saling menyayangi, melindungi dan saling membantu. Jangan lupa untuk menjelaskan tentang bahaya adu jotos atau sejenisnya bila sampai terjadi demikian. Untuk memudahkan pemahaman, tunjukkan ukuran tangan/kepalan masing-masing. Tegaskan kalau kepalan tangan yang lebih besar pasti akan lebih kuat dan lebih sakit bila digunakan untuk menjotos. Manfaatkan pengalaman sebelumnya (bila pernah ada kejadian serupa) untuk mengingatkan betapa sakitnya pukulan tangan yang lebih besar. Karenanya, mintalah mereka untuk saling berusaha menahan diri tidak memukul.

Cara lain, mintalah si adik yang sedang menunjukkan superioritasnya untuk mengontrol keinginan main pukul. Tumbuhkan empatinya dengan mengedepankan kesedihan si kakak kalau dipukul, diganggu, atau direbut sesuatunya. "Coba perhatiin deh mukanya. Kakak kelihatan sedih, kan? Padahal adik dan kakak diciptakan untuk saling menyayangi dan bukan untuk saling menyakiti. Kalau kakak sakit atau sedih, nanti enggak ada lagi yang bisa diajak main bareng." Untuk mengembalikan ego kakak, sempatkan waktu bicara dari hati ke hati dengannya. Menjelang tidur, misalnya, jangan segan untuk meminta maaf lebih dulu karena Anda telah berbuat salah. Tanyakan apakah ia merasa kesal atau sedih gara-gara pertengkaran dengan adik tadi. Biarkan ia mengekspresikan perasaannya dan pandai-pandailah memosisikan diri sebagai pihak yang mendengarkan. Adanya kesempatan untuk mengungkapan isi hati ini amat membantu anak usia sekolah mengembalikan egonya yang sempat terluka.

MANFAAT BERTENGKAR

Namun, jangan melulu menganggap pertengkaran kakak-adik itu selalu buruk. Soalnya, ada beberapa manfaat yang bisa didapat melalui pertengkaran. Pertama, sebagai salah satu sarana berkomunikasi, tepatnya saling adu pendapat tentang suatu hal. Hanya saja perlu disiasati agar perdebatan tersebut tidak berkembang menjadi pertengkaran yang kemudian membuahkan dendam. Kedua, menjadi ajang untuk mengajarkan bagaimana bersaing secara sehat. Ini perlu sebagai bekal kelak dalam menjalani kehidupan di luar keluarga yang pasti bakal menemui banyak persaingan. Manfaat lain, mengajari anak bagaimana cara menyelesaikan ketidaksepahaman. Tekankan sekaligus beri contoh bahwa perbedaan pendapat tak selalu berakhir dengan konflik.

AGAR KAKAK-ADIK DAMAI

Membaca atau membacakan cerita bisa dijadikan sebagai ajang untuk menumbuhkan rasa saling menyayangi antara kakak dan adik. Pilihlah bacaan/buku yang bertema persaudaraan. Atau orangtua bisa mengarang sendiri ceritanya tentang kelahiran anak-anaknya. Tekankan dalam cerita tersebut bahwa keberadaan anak-anak merupakan anugerah terbesar. Kemukakan pula betapa sedihnya kalau anak hanya sendirian. Tanpa kakak atau adik, anak mungkin kesepian tak punya teman sejati di kala susah dan senang. Makanya, kehadiran kakak maupun adik sudah sepantasnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga.

Narasumber : Dra. Ratih Andjayani Ibrahim Psi, MM

Sumber : tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar