10 April 2010
memaknai piliham hidup
Diposting oleh dosen mustika di 07.22.00
Terkadang, kita ingin menjadi elang, dengan kekokohan sayapnya mampu membumbung tinggi menjelajah angkasa. Terbang menembus cakrawala di kejernihan biru langit. Jauh, meninggalkan bumi fana yang berselimut debu. Wujud sebuah kekuatan.
Namun jika kita tidak bisa, menjadi seperti burung pipit yang kecil tidaklah masalah. Yang dengan kegesitan gerakannya, mampu meramaikan kesejukan pagi dengan kicauan beningnya, menghiasi langit sore dengan kawanannya yang berkumpul, meloncat kecil dari dahan satu ke dahan lain. Meminum air bersama dalam satu wadah. Alokasi sebuah hubungan sosial yang tercipta dari ketulusan hati.
Namun, menjadi melati tidaklah kalah menawan. Mungil, putih bercahaya dalam kesucian. Sederhana, namun selalu setia mengukir sejarah dengan harapan. Kokoh terlindungi dalam rimbunan sesamanya, memancarkan keindahan yang fitri. Bayangan potret kesederhanaan yang menawan.
Atau, inginkah kita menjelma seperti gunung? Tinggi menjulang, puncaknya menembus awan. Berdiri tegar, seperti penguasa bermahkota seribu emas di singgasananya. Menjadi benteng kokoh bagi yang berlindung di belakang punggungnya? Kekuasaan yang bertahta.
Tidak masalah. Namun menjadi laut juga pilihan menarik.Dengan keramahannya gerakannya mengizinkan kapal berlayar di atasnya. Bercengkrama bersama angin, menciptakan ombak yang mengirim sejuta keindahan yang menentramkan hati. Menyatu dengan langit di pandangan terjauh menjadi satu garis lurus tak berujung. Kesempurnaan idealisme.
Saudaraku, manakah dari posisi itu yang kita pilih? Terserah. Namun, apapun bentuk dari pilihan itu, jadikanlah yang terbaik! Berkontribusi maksimal untuk keseimbangan alami semesta raya ini.
10 April 2010
memaknai piliham hidup
Terkadang, kita ingin menjadi elang, dengan kekokohan sayapnya mampu membumbung tinggi menjelajah angkasa. Terbang menembus cakrawala di kejernihan biru langit. Jauh, meninggalkan bumi fana yang berselimut debu. Wujud sebuah kekuatan.
Namun jika kita tidak bisa, menjadi seperti burung pipit yang kecil tidaklah masalah. Yang dengan kegesitan gerakannya, mampu meramaikan kesejukan pagi dengan kicauan beningnya, menghiasi langit sore dengan kawanannya yang berkumpul, meloncat kecil dari dahan satu ke dahan lain. Meminum air bersama dalam satu wadah. Alokasi sebuah hubungan sosial yang tercipta dari ketulusan hati.
Namun, menjadi melati tidaklah kalah menawan. Mungil, putih bercahaya dalam kesucian. Sederhana, namun selalu setia mengukir sejarah dengan harapan. Kokoh terlindungi dalam rimbunan sesamanya, memancarkan keindahan yang fitri. Bayangan potret kesederhanaan yang menawan.
Atau, inginkah kita menjelma seperti gunung? Tinggi menjulang, puncaknya menembus awan. Berdiri tegar, seperti penguasa bermahkota seribu emas di singgasananya. Menjadi benteng kokoh bagi yang berlindung di belakang punggungnya? Kekuasaan yang bertahta.
Tidak masalah. Namun menjadi laut juga pilihan menarik.Dengan keramahannya gerakannya mengizinkan kapal berlayar di atasnya. Bercengkrama bersama angin, menciptakan ombak yang mengirim sejuta keindahan yang menentramkan hati. Menyatu dengan langit di pandangan terjauh menjadi satu garis lurus tak berujung. Kesempurnaan idealisme.
Saudaraku, manakah dari posisi itu yang kita pilih? Terserah. Namun, apapun bentuk dari pilihan itu, jadikanlah yang terbaik! Berkontribusi maksimal untuk keseimbangan alami semesta raya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar