29 Maret 2010

dilangkahi adik menikah bukanlah segalanya


Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Rasanya tenang dan tentram sekali pikiran dan perasaan yang sebelumnya semrawut bak benang kusut.

Astaghfirullah…. Masya Alloh….. atas segala apa yang aku pikir dan rasa sebelumnya hingga konflik kecil tersebut terjadi antara aku dan dia.

Sungguh ya Rabb, dari hati yang paling dalam sebenernya daku ikhlas saja dan rela bila dilangkahi. Daku jadi inget waktu pertama kali dia mengutarakan keinginannya jika saja dia menikah duluan. dengan spontan aku bilang, ” ya, gapapa.” enteng banget jawabnya. dan jawaban tersebut keluar tanpa pikir panjang. tanpa memikirkan perasaan sendiri. Entah, apa karena daku begitu naifnya, atau begitu besar dan lapangnya hati, entahlah…… serasa ga masalah. Bahkan saat itu keluargaku yang bersikeras melarang, bahwasanya harus kakak pertama yang duluan menikah. tidak boleh dilangkahi. klo dilangkahi nanti si kakak akan begini akan begitu…. yang membuat aku ga tahan dengernya. karena begitu takhayul….tapi cukup menakutkan juga. lalu, apa yg terjadi kemudian?? daku nangis. daku nangis karena mereka malah melarang seorang yang hendak menikah. padahal nikah itu ibadah. ditambah malam itu, sebenernya daku sama sekali ga bermaksud bicara menggurui mereka, tapi sekedar basa-basi tentang keinginan adik tersebut. tapi dari keluargaku rupanya tidak mendukung. Hatiku sedih saat itu. langsung saja masuk kamar. sambil menangis sejadi-jadinya. menangisi adik yang terhalang keinginannya utk menikah. hanya karena daku. saat itu aku membayangkan betapa sedihnya jika saja aku yang dihalang2i utk menikah. jadi, daku pun tak mau menghalanginya. Beberapa saat kemudian mereka sepertinya tau klo aku sedih. mereka langsung ke kamarku, dan bilang jangan terlalu dipikirin keinginan dia tersebut. nikah ga semudah yg dia bayangkan. begitu beliau berkata. dari sini sepertinya sudah terjadi missunderstanding. salah paham. sepertinya mere mengira klo aku sedih karena adik yg berkeinginan melangkahi, padahal saat itu tidak sama sekali. dan sepertinya mereka tidak mau aku dilangkahi karena khawatir dengan perasaan ku nantinya. padahal………perasaanku tidak seperti yg mereka pikir saat itu.

Namun, setelah waktu berganti….. hatiku gak karu-karuan. condong entah kemana. sepertinya pikiran dan perasaanku seperti di awal, berangsur2 berubah. terkontaminasi. aku jadi kemakan omongan orang2 di luar. yang berkata ini itu, begitu menakutkan. pandangan mereka begitu membuat aku seperti terhipnotis. aku pun gamang hingga kemudian berubah pikiran. Yang pada awalnya, aku tak permasalahkan bila dilangkahi, akhirnya aku tegaskan padanya kalau hati ini belum 100% menerima dengan rela dan ikhlas. Padahal, jujur saja hati kecil yg paling dalam ini ga bisa dibohongi…sebenernya aku rela pada dasarnya, tapi entah kenapa aku seperti buta. Bukankah aku tau…. kalau itu hanya mitos, kepercayaan dan bentuk takhayul orang2 zaman dulu, yang tidak sesuai dengan syariah islam, tidak pernah Alloh dan RasulNya mengajarkan demikian, bahwa anak pertama harus menikah terlebih dulu daripada adiknya. Bukankah urusan jodoh Alloh yang mengatur? semuanya akan berjalan sesuai skenarioNya. Tapi hal2 tersebut tetap saja tidak melunakan hati ini. hati ini begitu keras membatu, panas, ingin menangis saja klo mengingatnya. Berat sekali rasanya untuk menerima semua ini. Jika andai hal tersebut harus terjadi.

Dan akhirnya, setelah pergulatan panjang…… setelah aku mencoba berusaha untuk menyingkirkan egoku sendiri, aku pun bisa berpikir lebih dewasa dan bijaksana. berpikir tanpa penuh emosi. berpikir yang rasional dan sesuai tuntunanNya. Tentu saja aku meminta fatwa hati ini. hati kecil yang paling dalam yang ga bisa aku bohongi. Dan pada akhirnya, insya Alloh aku tau jawabannya….. lega sekali rasanya sekarang, tanpa beban, tanpa emosi yang membuncah-buncah, dan berharap semoga tetap istiqomah dengan pendirian ini.

Wahai adik…. Insya Alloh aku izinkan kau mendahuluiku dalam menggenapkan separuh dienmu. Tidak akan aku halangi. Karena aku tak berhak mengatur2 kapan kau bertemu dengan bidadari hatimu. Karena Allohlah yang berhak mengatur semua itu. Doakan, semoga kakakmu ini bisa segera menyusulmu. Bisa dimantapkan hati untuk berani melangkah menuju masa depan yang penuh berkah.

wallahua’lam

Previous Post Next Post Back to Top

29 Maret 2010

dilangkahi adik menikah bukanlah segalanya


Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Rasanya tenang dan tentram sekali pikiran dan perasaan yang sebelumnya semrawut bak benang kusut.

Astaghfirullah…. Masya Alloh….. atas segala apa yang aku pikir dan rasa sebelumnya hingga konflik kecil tersebut terjadi antara aku dan dia.

Sungguh ya Rabb, dari hati yang paling dalam sebenernya daku ikhlas saja dan rela bila dilangkahi. Daku jadi inget waktu pertama kali dia mengutarakan keinginannya jika saja dia menikah duluan. dengan spontan aku bilang, ” ya, gapapa.” enteng banget jawabnya. dan jawaban tersebut keluar tanpa pikir panjang. tanpa memikirkan perasaan sendiri. Entah, apa karena daku begitu naifnya, atau begitu besar dan lapangnya hati, entahlah…… serasa ga masalah. Bahkan saat itu keluargaku yang bersikeras melarang, bahwasanya harus kakak pertama yang duluan menikah. tidak boleh dilangkahi. klo dilangkahi nanti si kakak akan begini akan begitu…. yang membuat aku ga tahan dengernya. karena begitu takhayul….tapi cukup menakutkan juga. lalu, apa yg terjadi kemudian?? daku nangis. daku nangis karena mereka malah melarang seorang yang hendak menikah. padahal nikah itu ibadah. ditambah malam itu, sebenernya daku sama sekali ga bermaksud bicara menggurui mereka, tapi sekedar basa-basi tentang keinginan adik tersebut. tapi dari keluargaku rupanya tidak mendukung. Hatiku sedih saat itu. langsung saja masuk kamar. sambil menangis sejadi-jadinya. menangisi adik yang terhalang keinginannya utk menikah. hanya karena daku. saat itu aku membayangkan betapa sedihnya jika saja aku yang dihalang2i utk menikah. jadi, daku pun tak mau menghalanginya. Beberapa saat kemudian mereka sepertinya tau klo aku sedih. mereka langsung ke kamarku, dan bilang jangan terlalu dipikirin keinginan dia tersebut. nikah ga semudah yg dia bayangkan. begitu beliau berkata. dari sini sepertinya sudah terjadi missunderstanding. salah paham. sepertinya mere mengira klo aku sedih karena adik yg berkeinginan melangkahi, padahal saat itu tidak sama sekali. dan sepertinya mereka tidak mau aku dilangkahi karena khawatir dengan perasaan ku nantinya. padahal………perasaanku tidak seperti yg mereka pikir saat itu.

Namun, setelah waktu berganti….. hatiku gak karu-karuan. condong entah kemana. sepertinya pikiran dan perasaanku seperti di awal, berangsur2 berubah. terkontaminasi. aku jadi kemakan omongan orang2 di luar. yang berkata ini itu, begitu menakutkan. pandangan mereka begitu membuat aku seperti terhipnotis. aku pun gamang hingga kemudian berubah pikiran. Yang pada awalnya, aku tak permasalahkan bila dilangkahi, akhirnya aku tegaskan padanya kalau hati ini belum 100% menerima dengan rela dan ikhlas. Padahal, jujur saja hati kecil yg paling dalam ini ga bisa dibohongi…sebenernya aku rela pada dasarnya, tapi entah kenapa aku seperti buta. Bukankah aku tau…. kalau itu hanya mitos, kepercayaan dan bentuk takhayul orang2 zaman dulu, yang tidak sesuai dengan syariah islam, tidak pernah Alloh dan RasulNya mengajarkan demikian, bahwa anak pertama harus menikah terlebih dulu daripada adiknya. Bukankah urusan jodoh Alloh yang mengatur? semuanya akan berjalan sesuai skenarioNya. Tapi hal2 tersebut tetap saja tidak melunakan hati ini. hati ini begitu keras membatu, panas, ingin menangis saja klo mengingatnya. Berat sekali rasanya untuk menerima semua ini. Jika andai hal tersebut harus terjadi.

Dan akhirnya, setelah pergulatan panjang…… setelah aku mencoba berusaha untuk menyingkirkan egoku sendiri, aku pun bisa berpikir lebih dewasa dan bijaksana. berpikir tanpa penuh emosi. berpikir yang rasional dan sesuai tuntunanNya. Tentu saja aku meminta fatwa hati ini. hati kecil yang paling dalam yang ga bisa aku bohongi. Dan pada akhirnya, insya Alloh aku tau jawabannya….. lega sekali rasanya sekarang, tanpa beban, tanpa emosi yang membuncah-buncah, dan berharap semoga tetap istiqomah dengan pendirian ini.

Wahai adik…. Insya Alloh aku izinkan kau mendahuluiku dalam menggenapkan separuh dienmu. Tidak akan aku halangi. Karena aku tak berhak mengatur2 kapan kau bertemu dengan bidadari hatimu. Karena Allohlah yang berhak mengatur semua itu. Doakan, semoga kakakmu ini bisa segera menyusulmu. Bisa dimantapkan hati untuk berani melangkah menuju masa depan yang penuh berkah.

wallahua’lam